Sabtu, 12 November 2016

Berhentilah Bertanya Pada si Dia Yang Masih Sendiri



Jodoh, rezeki, maut, adalah rahasia Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa melakukan yang terbaik yang kita bisa. Berusaha dan berdoa, dan sisinya serahkan pada Allah. Karena itu adalah hal yang mustahil diketahui oleh manusia.
Kita boleh merencanakan apapun. Yah,,, apapun. Tapi tidak dengan hasilnya. Karena sebaik-baik perencana adalah Allah azza wajalla.
Sama dengan jodoh. Kita tidak tahu siapa jodoh kita, dimana, sedang apa, dan bahkan namanya pun kita tidak tahu, bukan?
Maka dari itu, berhentilah bertanya pada dia yang masih sendiri. Pada dia yang belum dipertemukan dengan seseorang yang ia impikan. Berhentilah bertanya “kapan nikah?”,
Haah,,, pertanyaan macam apa itu? Tolong hentikan. Kau membuatnya patah hati, kau membuat dadanya semakin sesak dengan pertanyaan itu, kau membuat rerintik hujan jatuh dari sudut matanya. Sudah,.,,,, ku mohon, tolong hentikan. Tak usah bertanya lagi. Karena semakin sering kau bertanya, perasaannya akan semakin kalut, karena ia pun tidak tahu, kapan seseorang itu akan datang dan memintanya dengan tulus kepada walinya. Ia tidak tahu sama sekali. Jadi, berhentilah.
Bagaimana jika ada seseorang yang bertanya padamu “kapan kau akan menemui ajalmu..?” apa reaksimu???? Kau akan marah? Sakit hati? Menyumpah serapah dia yang bertanya? Apaa,,,??? Heiiii,,,, kenapa cuma diam..? aku ini sedang bertanya.
Ohh,,, aku yakin, kau akan marah habis-habisan. Tidak terima ada orang lain yang bertanya demikian, bukan??
Lantas apa bedanya dengan kau bertanya pada si dia yang masih sendiri? Pada dia yang masih dengan sabarnya menanti sang pangeran datang untuk menyempurnakan dien nya? Pada dia yang setiap malam selalu menangis di sujud-sujud panjang malamnya, kemudian berdo’a pada Allah dengan suara parau? Dia tidak tahu, kapan ia akan mengakhiri kesendiriannya, akan ada seseorang yang akan menyudahi penantiannya, dan kapan akan ada seseorang yang dengan tulus mengusap air matanya. Tidak. Tidak sama sekali. Karena itu adalah kuasa Allah. Jadi, berhentilah bertanya.
Bahkan, Allah sudah menjelaskan di dalam Al-Qur’an, bahwa setiap manusia sudah diciptakan berpasang-pasangan, dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya:
“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantara kamu rasa kasih dan saying. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (Kebesaran)-Nya bagi kaum yang berfikir”
Sudah jelas bukan,  semua makhluk sudah diciptakan berpasang-pasangan. Hanya saja, kita tidak tahu kapan, dimana, dan dengan siapa. Jadi,,,, berhentilah bertanya pada dia yang masih sendiri ya.

Kamis, 10 November 2016

Ukhti

Ukhti...
Kau dilahirkan bukan sebagai penggoda yang melalaikan dunia. Berfikir untuk menjadi insan yang berguna jauh lebih baik. Agar seisi dunia bisa merasakan rahmat kehadiranmu. Baluti tubuhmu dengan iman, karena ia sangat manis pada pandangan jua perhiasan.
Tak perlu risau, lalu menyolek diri. Karena menginginkan wajah yang lebih indah. Berfikir, bersyukur dan berbahagialah dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah swt. Renungi dan resapilah kekaguman serta kekuatan keyakinan, bahwa setiap detik dibawah naungan-Nya.
Jika ada yang merendahkanmu,
Katakan:
"Jatuh bangun diriku tidak sendiri. Karena aku bersandar hanya pada Allah. Walau manusia memandangku hina, ridha dan rahmat Allah lah ku yakini, yang kuharapkan, dan yang ku dambakan".

Sabtu, 05 November 2016

Ukhti, Aku Rindu Jilbab Panjangmu


Assalamualaikum warorhmatullahi wabarokatuh,,,,
Kaifa Haluk Ukhti,,,? Semoga kamu, aku, dan kita semua selalu berada dalam lindungan yang Maha Kuasa. Amin ya robbal aalamin.
Ukhty, aku masih ingat saat pertama kali kita bertemu. Yah, waktu itu kita hanya berpapasan, dan aku sedikit menoleh ke arahmu. Subhanallah, kau begitu cantik dengan senyum yang tertukil diwajahmu, wajahmu begitu teduh mendamaikan jiwa, sungguh,,,, aku tak dapat berkata apa-apa saat itu. Kau sungguh luar biasa dengan jilbab panjangmu. Bahkan waktu itu, aku sempat berfikir untuk mengikuti jejakmu. Aku benar-benar ingin. Sungguh.
Tapi sekarang,,,???
Kenapa kau malah melepasnya,,,? Apa kau tak ingin terlihat cantik lagi? Apa kau sudah bosan dengan jilbab panjang itu? Apa kau takut jika kau masih mengenakan jilbab panjangmu, tak ada laki-laki yang mau mendekatimu? Apa kau,,,, agggrrrhh,,,,,,,, pertanyaanku sungguh banyak ya,,,? Ohh,, maaf. Aku tak bermaksud menyinggung perasaanmu. Sungguh.
Aku hanya ingin tau, kenapa kau melakukannya? Itu saja.
Atau jangan-jangan kau sudah muak? Panas,? Atau apa…?
Ah,, mungkin kau tidak sanggup mendengar cemooh orang-orang diluar sana. Yang mengatakan penampilanmu seperti orang tua. Seperti nenek-nenek. Seperti kue lapis. Seperti karung beras. Atau apalah itu sebutannya. Tak usah dengarkan mereka. Ukhti, mereka hanyalah orang-orang yang tak paham dengan tindakan kita, mereka tak mengerti dengan usaha kita. Jadi untuk apa didengarkan. Hanya buang-buang waktu.
Ukhti
Tahukah dirimu, bahwa setiap jengkal lekuk tubuhmu adalah racun yang sangat sempurna. Yah,, sempurna untuk membabat habis keimanan para adam. tak inginkah kau dihargai dan dihormati karena akhlak dan keimananmu?, dan tahukah kau, Allah sudah mengatakn  bahwa derajatmu 3 kali lebih tinggi dibanding adam, bahkan Allah meletakkan surga yang Agung ditelapak kakimu. masih tak sadarkah kau wahai Ukhti
Ukhti…….
Aku paham betul bagimana perasanmu kala itu. Kau pasti sedih. Bagaimana kalutnya perasaanmu kala kau mendapati mereka yang dengan seenak jidatnya sendiri mengatakanmu seperti itu.
Ukhty, berhijrah itu tidaklah mudah. Ibarat kita mengupas bawang merah, untuk mendapatkan isinya, mustahil kita tidak menangis. Banyak rintangan yang akan kita lewati. Salah satunya adalah tentang penilaian orang lain terhadap kita. Tapi tak apa. Niat kita baik. Kita mau memperbaiki diri, memantaskan diri dihadapan sang Ilahi, dan mengharap Ridha dari-Nya. Jangan hentikan langkahmu ya Ukhti. Kau sudah benar. Jangan ragu, dan  kau tak perlu takut.
Menangis dan bersedihlah secukupnya, dan bersyukurlah sebanyak-banyaknya. sebab, hanya orang-orang pilihan yang diberikan cobaan ini, dan kau dalah salah satu dari orang pilihan itu. La Tahzan Ukhti, karena sesungguhnya Allah selalu bersama kita. Maka, dalam tiap gerimis kesedihan, hanyutkan dirimu dalam zikir panjang malammu, dalam tiap kerikil panjang dijalanan, benamkan wajahmu dalam sujud kepasrahan, dalam tiap duka yang menyapa, hanyutkan air matamu dalam sungai kasih-Nya, dalam tiap nestapa, larutkan pahit air matamu dalam manis cinta-Nya, dan dalam tiap kelabu langitmu, panggillah nama-Nya.....
Allah...Allah...Allah,,,,,, dan tunggulah. hingga Ia merubah mendungmu menjadi pelangi warna warni.
Sebut nama-Nya dalam keadaan apapu ya Ukhti.
Terakhir,,, hhhmmmmm.... titip salam untuk sabarmu yaaah,,,

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Dari seseorang yang sangat mengagumimu :)


Jumat, 02 September 2016

Cinta



Pahamilah segalanya dengan Cinta. Karena dengan Cinta kau akan memahami kedamaian hati, dan ketika ia merasuk, mencoba menyatukan rasamu dengannya, biarkan dia membawamu terbang jauh sejauh yang tak bisa kau sentuh, layaknya merpati yang berkepak diantara hitam putih hamparan langit biru yang membawa risallah Cinta bagi jiwamu, seperti halnya kau memahami akan dirimu sendiri, yang kian jauh merenungi perjalanan hidup yang kian menukik, yang sarat akan tanya.
Senja tampak sayu dibalik lipatan kabut suasana hatiku. Rasa itu masih membiaskan warna-warna mempesona, teduh memandikan jiwa yang sepi, ketakjuban memancar diantara celah lanskap yang kian terus berurai sendu.
Kala itu, langit tampak mendung sembab, buram, kabut hitam putih menyelimuti bebukitan yang membuhul diantara celah-celah ranting pepohonan, gerimis turun berlarik-larik dari langit seperti sekawanan anak panah yang dihujamkan ke perut bumi. Segalanya sama seperti apa yang aku rasakan saat ini. Entah apa yang ku lakukan. Ingin rasanya aku melupakan dirinya yang pergi entah kemana. Tapi kenyataan berkata lain.
 setelah setelah ia berlalu, ku rasa semuanya akan baik-baik saja. namun nyatanya, aku benar-benar terjatuh dan tersungkur. kusadari, ia pergi tanpa pamit,,




Dalam Penantian



Akhy..
Aku mungkin agak lelah dalam penantian, tapi aku yakin bahwa kau kan datang menjemputku. Bukan bak pangeran berkuda putih yang gagah atau pun bak pujangga yang melamarku dengan sejuta puisi..

Akhy..
akulah  tulang rusukmu yang hilang, aku akan bersabar sampai kau datang menyempurnakan dien kita. Aku akan menjaga izzahku sampai kau datang dengan gagah pada kedua orang tuaku

Akhy…
aku menantimu dengan penuh ketenangan, Tenangku bukan berarti diam tanpa arti.
Tenangku bukan berarti hanya menunggu termenung. Namun tenangku adalah do'a dan tawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala..
Akhy..
aku akan sabar dalam penantianku. Kau tahu ku tak setegar Fatimah, tak secerdas Aisyah.. aku juga tak seberani Khadijah yang berani melamar Rasulullah Alaihi Wasallam lebih dulu. Tapi aku yakin dibalik ketidak beranianku tersimpan sejuta arti untuk pangeranku..

Akhy..
Dekatkanlah dirimu kepada Allah, sebelum kau mendekat padaku. Dialah yang lebih tau yang Terbaik untukmu, Dialah yang mampu mendekatkan hati kita. Dialah yang mampu membolak-balikkan hati kita.. Maka senantiasalah serahkan hatimu untuk-Nya.
Ku yakin dan kau pun yakin, wanita yang baik untuk laki-laki yang baik….

Yakinlah Akhy (…………….)
Sang Sutradara kehidupan sedang memberikanmu jalan untuk menggapai Jannah_Nya..

Mencintaimu dalam diam



Hari ini adalah hari tarakhir aku melihat matamu dengan tajam. Hari terakhir aku bisa memelukmu dalam diamku. Hari terakhir kau ada dipelukanku. Hari dimana aku bisa menghentikan waktuku hanya denganmu. Hari dimana aku tak peduli lagi dengan hari esok.
Seandainya hari esok yang ku lalui begitu berat,,, Aku akan kuat. Berbekal senyum terakhirmu yang rasanya tak kan pernah usai.
Karena besok kau akan pergi. Tanpa  bicarapun aku tau, ini adalah saat pertama dan terakhir kita dalam perasaan yang terus terusik. Ku biarkan saja, karena bersamamu terasa indah.
Aku ingin marah terhadap diriku sendiri. Tutupi perasaan itu. karena dia kini ada disini, bersamaku, tersenyum, tertawa tanpa perlu berfikir apa yang sudah terjadi sebelum ini. Terasa tersiksa.
Lalu, satu per satu suara dan bayangan serta senyuman-senyuman itu memudar, memudar dan semakin pudar. Rasanya aku ingin menghukum diriku sendiri karena terlarut padanya, setelah harapan-harapan itu nyatanya benar-benar kosong dan tak berarti sama sekali.
Hari-haripun ku lalui. Sepertinya aku masih memikirkan tentang dia, dia dan dia. Aku hanya ingin agar dia tau apa yang sebenarnya ada dibenakku. Dan memang aku belum sadar, sejak aku mulai memberikannya ruang untuk membaca hatiku, seolah-olah dia tidak peduli lagi padaku. Akupun tak tau mengapa.
Tatapannya berkata seolah aku cantik. Tapi dia juga cantik. Bahkan aku bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengan dirinya. Gadis manis yang berwajah lugu dengan rambutnya yang terurai panjang yang tertulis berpasangan denganmu.
Sepanjang malam akan menjadi saat terindah dengannya. Dan benar, aku memang tak layak bersanding dengannya. Aku telah menjadi sosok yang tidak diperlukan lagi, terdampar, tersisih, terbuang. Aku hanya selalu menjadi penggemar dalam diammu, berlalu hanya semalam, tepatnya bukan, dan aku akan terkubur dalam ingatanmu,,, selamanya,,,,
Aku ditumpukkan dalam kotak “WHO LOVED ME”. Posisiku sekarang sejajar dengan seragam anak SMA yang sengaja tergantung lama tak terpakai. Dan baju resepsi pelantikan pengurus OSIS. Apa salahku,,,? Tidakkah ia juga bagian dari malam itu,,,?
Aku hanya sekumpulan benang yang akan menjadi kain. Aku pernah tersenyum, meski hatiku terluka.
Tidakkah TUHAN menjadikannya untukku,,,?
Aku juga pernah tertawa disaat aku berpisah dengannya. Sekali lagi, cinta tak harus memiliki.
Kucoba tanyakan ini padamu.
Cinta, rindu, hasrat jiwa, sendiri, merana, sirna,,,
Kau boleh menyentuh jemarinya. Kau boleh mencium bibirnya. Rasanya hatiku mati rasa. Meskipun kau lebih dan lebih.
Teruskanlah,,,
Kini aku tak mau tau, ambil dia,,,!!!
Jika itu bisa membuatmu bahagia. Aku siap sakit hati. Sekarang kau bebas sebebas maumu. Anggaplah aku tak melihat. Kini ku tak mau tau.