Bagaimana kita bisa bangga menisbatkan diri sebagai muslim yang
beriman, tetapi kita tidak pernah merasa takut kepada Allah, air mata
mengering, seolah-olah merasa aman dengan maksiat dan dosa yang ia
lakukan. Beginilah ciri seorang yang beriman (mukmin) sebagaimana sabda
Nabi Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ
يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ
عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى
أَنْفِهِ » . فَقَالَ بِهِ هَكَذَ
“Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia
berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya.
Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat
yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya
–begini–, maka lalat itu terbang”.[HR. At-Tirmidzi, no. 2497]
Ibnu Abi Jamrah rahimahullah menjelaskan hadits,
السبب في ذلك أن قلب المؤمن منور فإذا رأى من نفسه ما يخالف ما ينور به
قلبه عظم الأمر عليه والحكمة في التمثيل بالجبل أن غيره من المهلكات قد
يحصل التسبب إلى النجاة منه بخلاف الجبل إذا سقط على الشخص لا ينجو منه
عادة
“Sebabnya adalah, karena hati seorang Mukmin itu diberi
cahaya. Apabila dia melihat pada dirinya ada sesuatu yang menyelisihi
hatinya yang diberi cahaya, maka hal itu menjadi berat baginya. Hikmah
perumpamaan dengan gunung yaitu apabila musibah yang menimpa manusia itu
selain runtuhnya gunung, maka masih ada kemungkinan mereka selamat dari
musibah-musibah itu. Lain halnya dengan gunung, jika gunung runtuh dan
menimpa seseorang, umumnya dia tidak akan selamat. [Tuhfatul Ahwadzi
7/169]
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar